BUTENG,GAGASSULTRA.COM-Agenda reses anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sulawesi Tenggara (Sultra) masa sidang III tahun 2025 menjadi ajang para legislator untuk turun langsung bertemu masyarakat di daerah pemilihannya (Dapil). Agenda ini dimanfaatkan Syahrul Said legislator Nasdem untuk menjaring aspirasi ditengah masyarakat.
Namun kehadiran Ketua Komisi II DPRD Sultra kali ini berbeda dengan yang biasa dilakukan pada reses-reses sebelumnya. Sebagai putra daerah Buton, ia memilih turun langsung ke laut hingga ke rompon milik nelayan Desa Madongka Kecamatan Gu Kabupaten Buton Tengah (Buteng). Kehadirannya di tengah laut yang berbaur langsung mendapat sambutan gembira dari nelayan.
Bukan hanya sekedar berkunjung dan menerima asprasi nelayan, namun sambil berbaur dan membantu nelayan untuk memasang rompon hingga melaksanakan doa bersama ditengah laut agar para nelayan mendapat hasil yang melimpah.
Aksi yang dilakukan politisi Partai Nasdem ini tentunya sebagai langkah cerdas untuk lebih menyatu dengan masyarakat khususnya nelayan dengan kondisi yang berbeda.
Kegiatan reses di tengah laut tersebut laksanakan pada Jumat Pagi (03/10/2025). Dengan menggunakan kapal katinting yang langsung dikemudikannya, Syahrul Said bersama rombongan nelayan Desa Madongka secara perlahan menuju tengah laut di antara riak ombak yang tenang. Tiba di lokasi yang ditentukan politisi Partai NasDem itu ikut membantu menurunkan rumpon baru — alat bantu nelayan untuk mengumpulkan ikan di laut. Ia tak segan menarik tali, mengangkat jangkar, hingga memastikan posisi rumpon tepat di titik yang telah ditentukan.
Sebelum rumpon diturunkan, seorang tokoh agama memimpin doa. Semua peserta menundukkan kepala, memohon keselamatan dan rezeki yang baik. Tradisi sederhana yang masih dijaga masyarakat pesisir itu menjadi simbol kearifan lokal yang penuh makna.
“Ini bukan sekadar simbolik, tapi bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai masyarakat kita yang masih hidup dari laut,” ujar Syahrul Said usai kegiatan.
Di tengah deburan ombak dan aktifitas nelayan, Ia ingin mendengar langsung suara rakyat, bukan lewat laporan, tapi dari pengalaman nyata di lapangan. Dalam dialognya selama perjalanan, para nelayan bercerita tentang hasil tangkapan, harga bahan bakar serta tantangan menjual ikan ke pasar yang jauh. Syahrul mendengar dengan seksama, sesekali mengangguk dan mencatat hal-hal penting yang akan dibawanya ke rapat dewan.
Selain itu, kehadiran seorang anggota DPRD di tengah laut adalah hal yang langka. Mereka merasa dihargai, didengarkan, dan diperhatikan. Tak ada jarak antara pejabat dan rakyat, tak ada sekat antara politik dan kemanusiaan.
“Reses tidak harus selalu formal. Saya ingin melihat dan merasakan langsung kehidupan masyarakat, khususnya nelayan kita di Madongka,”kata Bang Arul sapaan akrabnya.
Baginya, reses bukan hanya tentang laporan aspirasi, tetapi juga tentang menumbuhkan empati — memahami bagaimana kebijakan di atas kertas berdampak pada kehidupan nyata masyarakat di bawah.
Untuk itu, sebagai perwakilan masyarakat di DPRD Sultra, pihaknya berkomitmen dan tidak bosan memperjuangkan kebutuhan masyarakat pesisir. Mulai dari sarana tangkap ikan, akses bahan bakar yang terjangkau, hingga pelatihan peningkatan kapasitas nelayan agar lebih mandiri.
"Menjadi wakil rakyat bukan hanya tentang berbicara di ruang sidang, melainkan tentang hadir dan menyatu dengan rakyat. Dari laut, saya menemukan makna sejati pelayanan publik: mendengar, memahami, dan berbuat dengan hati,"tutupnya mengakhiri wanawancara.(Hasrin Ilmi)