Kamis, 07 November 2024 19:33

BUAH KATAPI DIMAKAN ITIK "SAMBIL NGOPI KOJA POLITIK"

Rate this item
(1 Vote)
L.M. Azhar Sa’ban, SH., M.IP L.M. Azhar Sa’ban, SH., M.IP

Oleh : L.M. Azhar Sa’ban, SH., M.IP (Akademisi, Tinggal di Kota Baubau)

Pengalaman ngopi 2 bulan terakhir pindah-pindah di berbagai coffee shop di Baubau ternyata mendapat sensasi nikmat dan seru. Ini terjadi karena semangat pengunjung warkop adalah ngopi dan diskusi bebas membahas Pilwali Baubau yang akan digelar 27 November nanti. Di tempat-tempat itulah orang ketemu teman-teman dan asyik cerita-cerita pilkada, pesta demokrasi tingkat lokal.

Nuansa santai sambil bersenda-gurau sembari ngopi ditemani alunan musik, seperti saat berkunjung di “Uncle Bus” ada pengunjung pegang mike, siap menyanyi tapi diawali pantun. Katanya: “Ke Wakoko memakai topi”. Hadirin berteriak: “cakeeep...”. “Kalo belum ada roko jangan dulu ngopi”. Lalu ada tepuk tangan dan tertawa. Seorang awak warkop itu mempersilakan pengunjung bergantian menyanyi. Tak lupa ia sisipkan pantun juga: “Buah katapi dimakan itik, Sambil ngopi koja politik”. Itulah fenomena pada warga Baubau saat ini. Coba ngopi di “Mister Ken”. Pernah juga di Lamangga Basecamp Lainkali di Rendezvous kawasan Maedani Betoambari, juga di Jangkar area Pos 1, hingga di KPK di Kilo 1, semua diwarnai diskusi-diskusi politik.

Warkop sudah menjadi tempat favorit untuk bersantai bersama teman-teman, banyak di antara penggemar kopi merupakan orang-orang terpelajar. Mereka berpendapat bahwa Kota Baubau membutuhkan sosok Walikota yang mampu mengelola kota 5 tahun kedepan agar lebih maju dan dapat bersaing dengan daerah lain di Indonesia Timur, Dalam hemat mereka, akan sangat disayangkan apabila hasil pilkada nanti hanya menghasilkan seorang pemenang karena alasan uang. Seburuk-buruk demokrasi dalam pemilihan pemimpin adalah ketika besaran uang sebagai money politics menjadi alasan utama menentukan pilihan. Jika kita masih permisif terhadap politik uang, harapan terhadap sistem pemerintahan dan lainnya bersih dari korupsi kian sulit.

Sekedar observasi dan ikut dengar-dengar perbincangan, kelompok-kelompok yang sedang nongkrong menikmati kopi, sambil membahas pilihan 5 paslon Pilwali. Yang dominan dibicarakan menyangkut dua hal penting, yakni “figur dari seorang calon” dan “kedekatan calon dengan masyarakat pemilih”. Pemilih di Baubau semakin dewasa dalam menentukan pilihan. Mereka berpandangan bahwa kelas menengah dan kelas atas pada masyarakat Baubau akan memegang referensi menyangkut Figur dan Popularitas calon pada kontestasi kali ini. Hal ini berbeda pada kalangan bawah yang akan terpecah, sebagian menjatuhkan pilihan dengan melihat kedekatan calon dengan pemilih, sebagian karena alasan “besaran serangan”, dan sebagian lain karena pengaruh para tokoh masyarakat; di mana sang tokoh mengambil posisi, ke situ mereka mengikuti.

Pembahasan semakin menarik sambil menikmati secangkir kopi, dikala pengunjung warkop yang umumnya “paham politik” memberikan pandangan terkait menentukan kemenangan kontestasi Pilwali Baubau. Pertama: rekam jejak (track record) kandidat. Masing-masing calon Pilwali Baubau memiliki rekam jejak atau track record yang menjadi bahan pertimbangan masyarakat. Rekam jejak atau track record adalah catatan mengenai semua hal yang telah dilakukan seseorang paslon di masa lalu.  Tidak mengejutkan apabila sosok yang dibahas berdasarkan rekam jejak kebanyakan menunjuk kepada sosok La Ode Ahmad Monianse, pengalaman lama di LSM, pernah menjabat sebagai anggota DPRD Kota Baubau, menjadi Wakil Walikota 3 tahun dan Walikota 2 tahun. Kedua: popularitasnya. Popularitas itu sendiri terbangun dari sosok yang dikenal masyarakat, pergaulannya luas dengan berbagai lapisan masyarakat tanpa pilih bulu, dan sifat pribadi sebagai sosok orang baik.

Popularitas belum tentu mencerminkan elektabilitas? Selain itu, pada observasi di beberapa warung kopi, kalangan terpelajar meyakini bahwa mayoritas orang Baubau memandang Monianse memiliki popularitas tinggi dan sebagai konsekuensinya potensial meningkatkan elektabilitasnya dari hari ke hari. Hal ini berdasarkan kedekatan “Bapak Monianse” dengan berbagai lapisan masyarakat, “kalangan bawah” sekalipun. Padahal, kalangan bawah ini merupakan pemilik suara dengan jumlah terbesar di antara lapisan masyarakat.

Hal yang sangat dikenal adalah kebiasaan-kebiasaan sosok yang satu ini yang sering bersilaturahmi dan bergaul dengan berbagai kalangan. Banyak orang menceritakan bahwa yang bersangkutan memiliki gaya hidup yang akrab dengan warga kota, ia kerap kali terlihat duduk-duduk dengan warga masyarakat, jauh sebelum menajdi pejabat.

Hingga kini pembicaraan tentang popularitas figur terus berlangsung, observasi yang dilakukan kepada masyarakat di berbagai tempat, masyarakat di Kecamatan Betoambari, Murhum dan Wolio sudah terbiasa dan tidak heran lagi jika Pak Moni tiba-tiba singgah bergabung dengan orang-orang saat ramai duduk di depan rumah, di gode-gode, di kolong rumah, dan di tempat lainnya. Warga kota telah terbiasa berhadap-hadapan dan berdialog dengan sosoknya yang ramah, humble, dengan sikap dan budi bahasa yang halus diselingi candaan, seperti tidak ada sekat dirinya dengan warga. Ia bukan sosok yang jauh dari warga yang tiba-tiba melakukan pencitraan saat menjadi calon Walikota.

Monianse merupakan sosok populer bukan saja karena ia sering berada di rumah warga yang mengalami kedukaan, mengunjungi kerabat dan teman yang sakit, atau terbiasa menghargai undangan perkawinan, akiqah, baca doa warga yang hendak berangkat ibadah haji, dan lainnya. Ia bahkan terbiasa sejak lama suka tiba-tiba singgah berbaur bersama warga yang tengah bermain catur, main domino, atau sekedar cerita-cerita. Tidak mengherankan, sejumlah orang di Kecamatan Betoambari, Murhum dan Wolio menyatakan bahwa warga di area mereka jatuh hati dengan kepribadian sosok yang satu ini.

Popularitas adalah keadaan disukai, diterima, atau diakui oleh banyak orang. Ada kejadian menarik dari observasi popularitas paslon. Hadir dari perwakilan para pedagang kaki lima keliling membawa proposal rencana kegiatan (event) UMKM.

Pak Monianse, langsung menemui pembawa proposal dan saat itu juga ia membaca dan memberi bantuan. Utusan UMKM itu terkejut dan berfikir, pihak, calon dengan issu “tidak ada uangnya” ternyata “tidak sedikit sumbanganya”. Ketika pulang, 2 orang utusan kelompok UMKM ini saling berbicara: “Betul-betul ini politik dih?, ternyata calon yang divonis tidak ada uangnya justru besar sumbangannya kepada kita”. Kawannya terus menimpali :”Kalo tidak siap uangnya tidak mungkin berani maju. Kalo tidak ada uangnya tidak mungkin banyak menyumbang kepada kelompok-kelompok masayarakat”.

Observasi terus dilakukan, kisah ini hadir dari organisasi wanita islam Kota Baubau, yang mengisahkan  seorang monianse yang meninggalkan patwal dan ajudan demi pelayanan. Kisah yang membuat terharu warga masyarakat adalah saat sebuah organisasi besar di Baubau bernama Wanita Islam berkumpul di Rujab Walikota untuk dilepas Walikota La Ode Ahmad Monianse 3 tahun lalu karena mereka akan berangkat mengikuti event besar di luar daerah. Manakala patwal dan ajudan belum siap di tempat kediaman sementara rombongan Wanita Islam gelisah melihat jam keberangkatan kapal di Pelabuhan Murhum semakin dekat. Dalam situasi itu sang Walikota berhasil keluar dari zona nyaman dengan tidak menunggu lagi patwal dan ajudan siap, ia mengambil sepeda motor dan meluncur menuju rujab. Rombongan terkejut melihat Pak Wali lebih mengutamakan pelayanan kepada mereka dari pada menjaga zona nyaman untuk didampingi ajudan dan patwal dengan risiko kekecewaan pada warga Masyarakat.

Masih terdapat puluhan kisah nyata yang diceritakan warga kota bahwa Pak Moni berteman tak pilih pangkat, bergaul dekat dan melayani tanpa sekat, dan memiliki hubungan dekat dengan berbagai lapisan Masyarakat.

Bukti dan fakta itu merupakan indikator bahwa Monianse lah yang memiliki kedekatan dengan warga masyarakat Kota Baubau. Lantas, bagaimana cerita kedekatan calon-calon lain dengan warga masyarakat? Adakah fakta-fakta seperti yang terjadi dalam hubungan Monianse dengan warga kota? Adakah terdengar cerita dari warga yang cukup berarti tentang itu?. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.***

 

Read 554 times

Pencarian