Oleh : Al Taqdir Badari, Co-founder dan CEO Luvtrip
Pada Kamis, 22 Agustus 2024, di program Zona Inspirasi Kompas TV, Dr. H.Muh. Rasman Manafi, SP. M.Si, Pj. Walikota Baubau, memaparkan capaian kinerja pemerintah daerah dalam bidang pariwisata dan pengembangan UMKM. Meskipun ada sejumlah kemajuan yang patut diapresiasi, saya merasa bahwa ada aspek penting yang terlewatkan dan perlu perhatian lebih.
Pengembangan Pariwisata
Baubau, dengan keindahan alam dan kekayaan sejarahnya, memiliki potensi besar sebagai destinasi wisata unggulan. Namun, program pengembangan pariwisata yang saat ini difokuskan pada peningkatan infrastruktur fisik dan konektivitas masih jauh dari optimal jika tidak dibarengi dengan pemanfaatan teknologi digital. Di era digital ini, pariwisata tidak bisa hanya mengandalkan infrastruktur fisik, tetapi strategi digital yang kuat juga sangat diperlukan.
Tingginya harga tiket pesawat dari Jakarta ke Baubau, seperti Rp 3.361.700 untuk Lion Air + Wings Air dan Rp 3.753.000 untuk Batik Air + Wings Air, menjadi tantangan besar bagi wisatawan domestik (Traveloka.com, diakses pada 25 Agustus 2024, periode terbang September 2024, 1 kali perjalanan). Bandingkan dengan penerbangan internasional seperti Batik Air (Malaysia) dari Jakarta ke Kuala Lumpur yang hanya Rp 699.600, atau penerbangan dari Jakarta ke Haneda, Jepang, dengan AirAsia Indonesia + AirAsia X yang hanya Rp 2.323.100.
Perbedaan harga yang signifikan ini jelas menjadi penghalang utama bagi peningkatan kunjungan wisatawan domestik. Oleh karena itu, fokus pengembangan pariwisata seharusnya lebih diarahkan pada peningkatan daya tarik bagi wisatawan lokal melalui promosi digital yang lebih intensif, pengembangan platform wisata online yang interaktif, dan integrasi teknologi seperti augmented reality di situs-situs bersejarah.
Selain itu, jika Attraction (Daya Tarik), Amenity (Fasilitas), dan Accessibility (Aksesibilitas) sudah dalam kondisi baik, perhatian selanjutnya harus diberikan pada Anciliary (Lembaga Pelayanan). Pemerintah Kota Baubau perlu memastikan bahwa lembaga-lembaga pelayanan yang mendukung pariwisata, seperti pusat informasi, layanan turis, dan lain-lain, dikelola secara profesional. Ini bisa dilakukan dengan melibatkan komunitas lokal atau melalui kemitraan antara pemerintah dan swasta jika pemerintah kota merasa tidak mampu mengelola secara langsung. Pendekatan ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas layanan, tetapi juga memberikan dampak positif pada keterlibatan komunitas dan sektor swasta dalam pengembangan pariwisata yang berkelanjutan.
Contoh penerapan augmented reality (AR) yang sudah ada bisa dilihat di Museum Nasional Indonesia. Melalui fitur Virtual Tour dengan view 360º, pengunjung dapat mengeksplorasi seluruh lokasi museum secara utuh, memberikan kesan yang mendalam bagi mereka yang ingin mengetahui sejarah dan artefak yang ada tanpa harus langsung berada di lokasi (sumber: www.museumnasional.or.id). Pendekatan serupa bisa diterapkan di Benteng Keraton Buton, di mana pengunjung dapat menggunakan AR untuk melihat rekonstruksi digital dari benteng pada masa kejayaannya, lengkap dengan informasi sejarah dan budaya yang interaktif. Teknologi ini akan memperkaya pengalaman wisatawan dan menambah daya tarik Baubau sebagai destinasi wisata budaya yang modern.
Pengembangan UMKM
Dalam pengembangan UMKM, pemerintah menekankan keterlibatan dalam event dan pasar, serta peningkatan soft skill dan sertifikasi tenaga kerja. Meskipun langkah ini penting, tanpa adopsi teknologi digital, UMKM di Baubau akan sulit bersaing di pasar yang semakin terdigitalisasi. Digitalisasi UMKM bukan hanya penting, tetapi mendesak untuk memastikan daya saing mereka di pasar global yang terus berkembang.
Pemberdayaan UMKM tidak hanya membutuhkan literasi dan upaya onboarding digital, tetapi juga memerlukan strategi yang kuat untuk menjaga keberlanjutan UMKM di ranah digital. UMKM digital membutuhkan pendampingan dan insentif dari pemerintah agar terus tumbuh dan beradaptasi dengan perubahan teknologi. Dalam hal ini, pemerintah dapat menggandeng pihak ketiga, seperti perusahaan teknologi atau organisasi nirlaba, untuk memberikan dukungan yang lebih komprehensif kepada UMKM. Selain itu, kebijakan pemerintah daerah harus mendukung inovasi dan kolaborasi di antara UMKM, menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan usaha kecil dan menengah yang berbasis digital.
Sebagai contoh konkret, LUVTRIP telah melakukan inkubasi dan mendampingi pelaku UMKM di Kota Baubau sejak 2021, serta di daerah lainnya seperti Pasaman Barat, Subang, Kabupaten Semarang, dan Purworejo. Pengalaman ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas lokal sangat penting untuk mendorong pertumbuhan UMKM yang berkelanjutan.
Pentingnya Digitalisasi
Berdasarkan data dari Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Baubau, sebagian besar masyarakat sudah memiliki akses internet, dengan cakupan 83,72% wilayah kelurahan dan 90,15% penduduk terpapar jaringan internet (RRI.co.id, 28 Mei 2024). Namun, tanpa strategi digital yang efektif dalam pariwisata dan UMKM, potensi ini tidak akan sepenuhnya dimanfaatkan. Digitalisasi memungkinkan Baubau untuk memperluas jangkauan pasar, meningkatkan efisiensi operasional, dan memperkuat daya saing di kancah nasional maupun internasional.
Secara keseluruhan, meskipun ada upaya yang baik dari pemerintah Kota Baubau, saya yakin bahwa strategi yang lebih berfokus pada digitalisasi dalam pariwisata dan pengembangan UMKM akan membawa dampak yang jauh lebih signifikan dan berkelanjutan bagi kesejahteraan masyarakat. Pemerintah perlu segera memperkuat inisiatif digital dan menciptakan kebijakan yang mendukung inovasi serta kolaborasi untuk memastikan Baubau tidak hanya bertahan tetapi berkembang di era digital ini. Mengingat infrastruktur internet yang sudah cukup memadai, tidak perlu menunggu landingnya fiber optik dari wilayah Jawa sebelum masuk ke Morowali dan Maluku. Digitalisasi dapat segera diimplementasikan untuk memanfaatkan potensi yang sudah ada, tanpa penundaan lebih lanjut.(***)